Selamat Datang di Dunia Tanpa Batas Lucky Andrean Sanusi

Senin, 14 Juli 2014

MARI CERAHKAN PEMIKIRAN KITA TENTANG RUQYAH

Melihat fenomena UGB yang kalau diperhatikan lebih kepada penipuan dan mengandung kemusyrikan, dan MUI pun telah menyatakan terjadi penyimpangan, maka rasanya perlu saya berbagi pengalaman dan tips, mudah-mudahan bisa menjadi pencerahan bagi sahabat-sahabat semua dan tidak salah dalam menilai RUQYAH, karena memang ruqyah itu ada yang syar'iyyah (sesuai syar'i) dan yang syirkiyyah (berbau syirik), jadi mohon perhatikan hal di bawah ini :

1. Jangan tertipu karena tidak cukup hanya melihat pada penampilan luar, seperti jidat hitam, janggut panjang, bergamis dan bersorban dan ciri-ciri fisik yang menggambarkan ke aliman lainnya, tapi liat juga akhlak, ketaatan dalam beribadah dan pastikan tingkah lakunya sesuai Al Qur'an dan Sunnah.

2. Peruqyah (murroqi) membaca bacaan ruqyah dengan keras dan jelas, tidak lirih dan berkomat-kamit tidak jelas. Yang dibaca adalah bacaan yang bersumber dari Al Qur'an.

3. Ruqyah dilakukan diruangan terbuka dan terang, bukan dikamar tertutup dan gelap (dimatikan lampu).

4. Jika yang diruqyah perempuan, maka yang meruqyah juga seorang perempuan, tapi jika kondisinya tidak ada peruqyah perempuan, maka boleh laki-laki dengan syarat perempuan tersebut ditemani mahromnya, jadi tidak berdua-duaan, dan sedapat mungkin tidak menyentuh langsung melainkan menggunakan perantara (pena logam atau sejenisnya) dan jika terpaksa harus menyentuh, maka peruqyah menggunakan sarung tangan.

5. Seorang peruqyah tidak bisa melihat jin, jika ada seorang peruqyah yang mengaku bisa melihat jin atau bahkan memliki indera keenam, maka di dalam dirinya dicurigai ada jin (bekerjasama dengan jin, karena sesama jin lah yang bisa saling melihat), ini jelas bukan peruqyah syar'iah, dan jin bisa melihat manusia sementara kita tidak bisa melihat mereka melainkan hanya melihat sekilas saja (jika hanya sekilas bisa jadi jin ingin memperlihatkan diri atau mengabarkan keberadaan dia di tempat itu).
Dalilnya surah Al A'raf ayat 27 :
".....Sesungguhnya ia (syaitan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. "
Manusia dan jin berada di alam yang berbeda, jadi analogi sederhananya seperti ikan, jika berada di darat tidak akan bertahan lama.

6. Jika saat di ruqyah memang terdapat jin yang merasuki tubuh pasien, maka dikeluarkan tanpa syarat apapun (contoh minta kopi pahit, rokok, dll), karena tujuan syarat tersebut hanya membuat kita tunduk pada jin dan memang itu tujuan jin tersebut untuk membelokkan aqidah kita.

7. Diutamakan meruqyah mandiri (ruqyah sendiri dengan membaca Al Qur'an), jadi meruqyah dengan bantuan seorang peruqyah merupakan jalan terakhir.

8. Seorang peruqyah sedapat mungkin tidak meminta upah, dan jika terpaksa mengambil upah secukupnya saja dan harus dengan syarat si sakit sembuh dari sakitnya. Dalilnya, shahabat Abu Said pernah meruqyah orang kafir. Ketika beliau dalam suatu peperangan. Para shahabat melalui suatu perkampungan. Para shahabat meminta tolong agar bisa mendapat jamuan makan namun mereka menolak. Setelah itu, kepala kampung tersebut tergigit binatang berbisa. Ada penduduk kampung yang menemui rombongan para shahabat seraya berkata, ‘Adakah di antara kalian yang bisa meruqyah?’. Para shahabat menjawab, “Demi Alloh kami tidak mau meruqyah sampai kalian menetapkan upah meruqyah untuk kami. Kami tadi meminta jamuan kepada kalian namun kalian enggan”. Akhirnya mereka memberi upah berupa sejumlah kambing. Abu Said lalu meruqyah kepala kampung tersebut dengan menggunakan surat al Fatihah. Seketika orang tersebut sembuh dan segar seperti sedia kala seakan onta yang baru saja terbebas dari ikatan. Para shahabat lalu membawa pulang sejumlah kambing. Nabi pun tidak mengingkari perbuatan para shahabat ini (HR Bukhari no 5405 dari Ibnu Abbas dan Muslim no 5865 dari Abu Said al Khudri).
Intinya jangan mencari hidup dari agama, tapi hidupkanlah agama. Jadi ruqyah bukan dijadikan tempat mencari nafkah, melainkan menjadi jalan dakwah untuk menegakkan tauhid dan memberantas kemusyrikan seperti dunia perdukunan/ klenik yang sangat banyak di negeri kita ini.

Bagi sahabat yang merasa memiliki pendamping, berupa bisikan, melalui mimpi atau yang bersifat seperti indigo, walau itu terkesan baik sekalipun, maka jauhilah karena cara mereka (jin) sangatlah halus dalam menyesatkan kita. Bisa pada awalnya mengajak kepada kebaikan seperti selalu mengingatkan sholat, bisa mengobati penyakit (yang kesannya baik) dan setelah kita yakin, maka barulah pelan-pelan disesatkan.

Terakhir, meruqyah itu mudah, dan mencegah dari gangguan sihir juga mudah, kuncinya istiqomah, bentengi diri dengan selalu jaga sholat, tutup aurat, rutinkan mengaji walau satu ayat, jadi hamba yang taat, dan jaga kebersihan dan keikhlasan hati.

Semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar